Laman

Label

Senin, 25 Maret 2013

Taman Surga itu bernama Wisma Palsigunung

Oleh: Eri Candra


“Allah, berikan kami dana 10 juta Rupiah untuk event ini”

Tiba-tiba sebuah pikiran melintas yang menyuruhku bersikap realistis, bukankah sudah beberapa kalo event dan dana yang terkumpul Cuma 5-7 juta. Ada keraguan di dalam hati, sehingga aku rubah redaksi doa “Ya Allah, moga Engkau berikan dana sehingga kami bisa berdonasi cash minimal 5 juta.” Dan Subhanallah, Allah mengabulkan doa  itu dana yang terkumpul sampai dengan 11 juta lebih sehingga kami bisa berdonasi cash ke panti 7,5 juta. Tentu saja saya menyadari, semua itu terjadi bukan karena doa saya semata tapi berkat doa dan usaha yang dilakukan oleh semua sahabat-sahabat saya nadiah, Eqo, Linda, Nia, Tien, dll dah... :D

Sebuah taman surga begitu hati saya berkata tentang wisma Palsigunung. Bukan karena panti tersebut  luas dan apik, tapi karena memang didalamnya, aaahhh saya menemukan kehangatan dan kasih sayang yang semakin jarang saya di temui di kota ini yang semakin sibuk dan individualis. Para karyawan yang setia merawat dan mengasihi anak-anak di panti yang berjumlah 31 tahun bagaikan anaknya sendiri. Apa yang mereka dapat, secara kurang ajar saya bertanya Ibu Kris wakil ketua panti itu. "Nak, kami bergerak di sosial. Jika di pukul rata yang lama dan baru mereka hanya mendapatkan penghasilan Rp 500.000 sebulan di tambah tunjangan Kesra, seperti beras, gula, kopi alias sembako deh.

Otak saya yang memang selalu bersentuhan dengan dunia kapitalis berpikir 500.000 ribu? Cukupkah? Dapat apa? Teman saya melihat2 baju yang djual online, ketika saya tanya harganya berapa dia menjawab 400.000-an. Ini harus hidup dengan 500ribu dan melakukan pekerjaan yang tidak mudah, bayi-bayi yang dewasa. Ibu itu tersenyum mungkin dia tahu saya memikirkan membandingkan penghasilan mereka dengan dunia yang matrialistis ini, beliau berkata,"Setiap bulan ibu tuh pusing mengatur keuangan untuk pembayaran2, dan jika bisa ada lebih nya sehingga bisa membagikan kepada 68 karyawan sehingga mereka tidak hanya mendapatkan dari Yayasan." Ketika ku tanyakan apakah mereka mendapatkan bantuan dari pemerintah? Ibu  Kris menjawab,"Dulu dapat, tapi sudah beberapa tahun ini kami tidak mendapatkan lagi, dikarenakan adanya pemekaran wilayah"
"Cukup bu, dana setiap bulannya?"
"Ya Alhamdulillah, selalu saja ada rejeki yang tidak kami duga-duga, seperti hari ini"

Tiba-tiba hati saya malu di buatnya, bukankah saya tahu Allah itu Maha Kaya, tapi sayangnya hanya pada taraf tahu tidak meyakininya. "Wake up Rie.., bukankah ketika kaki mu menginjak kaki di taman surga ini, kamu juga telah mendapatkan pelajaran berharga, suara hati kecilku berkata. "Tadi kamu juga sudah bertemu dengan ibu wiwien yang telah 25 tahun mengabdi disini dia bilang apa kebahagian yang dia dapat, dan bukankah itu juga yang dirasakan oleh Ibu Iis, seorang pensiunan di Rumah sakit Islam di Jawa Tengah. Setelah pensiun beliau memutuskan untuk mengabdikan dirinya di panti itu, padahal begitu banyak dokter2 yang memintanya untuk bekerja sama tapi semua di tolaknya."

Pagi tanggal 23 maret sekitar jam 10 pagi, aku bersama Ririen, Eva, Febry, dan Linda sampai di wisma ini. Kami langsung menuju halaman belakang, terlihat beberapa anak panti telah duduk di kursi roda mereka, dan yang lainnya duduk di kursi panjang, sepertinya mereka telah siap untuk menyambut kedatangan kami. Aku memilih untuk memasuki gedung depan untuk bertemu dan bersapa sebentar dengan Ibu Kris. Dan saat itu terlihat Ibu Kris sedang melayani tamu dari komunitas lain. Bersua sebentar dan beliau mengantarkan aku ke ruang dimana anak-anak yang tidak bisa bangun dikarenakan kondisi mereka berada.

Deg, jantungku berhenti berdetak ketika ku melihat mahluk Tuhan yang sesungguhnya cantik dengan matanya yang bulat besar kulitnya kuning bersih tetapi .., menyeramkan melihat kondisinya dengan kepala yang besar karena menderita Hydrocephalus, dan kaki serta tangan yang  hanya bagaikan tulang dibalut oleh kulit. Ibu wiwien berkata, "Wulan (maaf kalo salah)  ini yang paling banyak menderita kelainan, dia menderita cacat 11 (atau 14 yah??) macam."Ketika ku tanyakan berapa minimum kecacatan yang ada di anak asuh disini. Sesaat bu Wiwien bingung menjawabnya tapi kemudian dia berkata, "Semua anak-anak disini rata-rata menderita lebih dari 4 kecacatan, dan sebagian besar menderita mental, hanya Rasti (34 tahun baru beberapa bulan menghuni masuk ke panti-red) yang cuma menderita tuna daksa.

Dan jantungku kembali berdetak sesaat ketika ibu Wiwien bercerita tentang kakak adik Marcus (40 tahun), dan Freddy (sekitar 30 tahunan), yang mengalami kelainan pada kepala juga, tapi mereka bukan mengalami Hydrocephalus melainkan Mikrocepali, dimana otak mengalami kekurangan cairan sehingga tidak berkembang dan ukurannya kepalanya jadi kecil. Penderitaan mereka disebabkan karena pernikahan yang sedarah. Rasanya ingin protes kepada kedua orang tuanya, jika memang masih sedarah kenapa harus punya anak. Dan kenapa setelah kelahiran Marcus, harus ada Freddy juga, dan sepertinya mereka tidak kapok memiliki anak, tapi alhamdulillah yang  ke tiga normal. Suara batinku berkata,"Memang kamu tahu apa soal mereka. Berani2nya menjudge orang, sudahlah urus saja urusan mu sendiri. Tanpa kamu kasih tahu pun mereka pasti juga mengalami beban moral, dan jangan disangka anak yang ketiga itu tidak. Sekeluarga itu menderita!!"

Ah adek-adekku sayang, hari ini kami melihat kalian dengan perasaan sedih dan kasihan. Tapi yakinlah suatu hari nanti di hari yang berat itu, kau akan tampil sempurna jiwa dan ragamu. Bahkan kau akan melesat jauh meninggalkan kami seperti kilatan cahaya, sementara sebagian manusia berharap andaikan tidak pernah dilahirkan sebagai manusia. Dan kau adikku, sungguh beruntung dirimu tidak perlu merasakan hari berat itu.

-----------
Kata terima kasih tidak akan pernah cukup, dan kami hanya bisa berdoa moga Allah akan menggantinya dengan berlipat ganda aamiin.

Sampai berjumpa lagi dengan next even di bulan juni kami liburan bersama anak-anak jalanan atau dari kaum marginal. Dalam kondisi yang masih belia mereka sudah harus merasakan kerasnya kehidupan ini. Kita mungkin belum bisa membantu mereka mendapatkan kehidupan yang baik, minimal ada satu masa di mana mereka tertawa penuh gembira.



1 komentar:

  1. Subhanallah Maha Suci Allah
    Semoga kawan-kawan di komunitas Satu Cinta selalu mendapatkan keberkahan dan selalu terpelihara rasa kepeduliannya

    BalasHapus